Keanekaragaman Bangsa Indonesia dan Potensi Konflik
Kata Pengantar
Puji syukur saya
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyusun tugas ini dengan sebaik-baiknya. Tak lupa juga
saya ingin mengucapkan terimakasih untuk
kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan doa serta materiil. Makalah
ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
dengan judul “Keanekaragaman Bangsa Indonesia dan Potensi Konflik”.
Harapan saya membuat
makalah ini agar para pembaca mendapat sedikit manfaat dan mengetahui apa saja
yang belum diketahui tentang Keanekaragaman Bangsa Indonesia dan Potensi
Konflik .
Saya sangat mengharap
kritik dan saran apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan. Saya ucapkan
terimakasih untuk para pembaca yang telah membaca makalah sederhana ini.
Penyusun
Pembahasan
Sejarah
konflik
Seperti kita ketahui Negara
Kesatuan Republik Indonesia selalu saja ‘memanas’ dengan Negara tetangganya
yaitu Malaysia. Walaupun kita Negara serumpun itu tidak menyulutkan konflik
yang selalu saja timbul. Di pembahasan ini kita akan mengetahui bagaimana
sejarah konflik Indonesia dan Malaysia.
Konflik Indonesia VS Malengsia atau yang lebih dikenal sebagai Konfrontasi Indonesia-Malaysia adalah sebuah perang mengenai masa depan Malaya, Brunei, Sabah dan Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962-1966.
Konflik Indonesia VS Malengsia atau yang lebih dikenal sebagai Konfrontasi Indonesia-Malaysia adalah sebuah perang mengenai masa depan Malaya, Brunei, Sabah dan Sarawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia pada tahun 1962-1966.
Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih dikenali
sebagai Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei,
Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang tidak sesuai dengan perjanjian
Manila Accord Wikisource-logo.svg oleh karena itu Keinginan tersebut ditentang
oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia yang sekarang
dikenal sebagai Malaysia sebagai "boneka Inggris" merupakan
kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap
berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
Pelanggaran perjanjian internasional konsep THE MACAPAGAL PLAN
antara lain melalui perjanjian Manila Accord Wikisource-logo.svg tanggal 31
Juli 1963, Manila Declaration Wikisource-logo.svg tanggal 3 Agustus 1963, Joint
Statement Wikisource-logo.svg tanggal 5 Agustus 1963[4] mengenai
dekolonialisasi Wikisource-logo.svg yang harus mengikut sertakan rakyat Sarawak
dan Sabah yang status kedua wilayah tersebut sampai sekarang masih tercatat
pada daftar Dewan Keamanan PBB sebagai wilayah Non-Self-Governing Territories
Latar belakang Konflik Indonesia dengan Malaysia
Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi.
Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di
utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Borneo Utara,
kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di
Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan
Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.
Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Soekarno
berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi
Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam
kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan
daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.
Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak
pada 8 Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan
sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris. Dia menerima
pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando Timur Jauh
Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat
pemberontakan utama telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin pemberontakan
ditangkap dan pemberontakan berakhir.
Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan
Federasi Malaysia apabila mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial
memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB. Tetapi, pada 16
September, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan. Malaysia melihat
pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut
campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian
Manila Accord Wikisource-logo.svg yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme
dan imperialisme Inggris.
" Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika
para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa
lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri
Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda[6], amarah Soekarno
terhadap Malaysia pun meledak"
Demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang berlangsung
tanggal 17 September 1963, berlaku ketika para demonstran yang sedang memuncak
marah terhadap Presiden Sukarno yang melancarkan konfrontasi terhadap
Malaysia[7]an juga kerana serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia
terhadap Malaysia. Ini berikutan pengumuman Menteri Luar Negeri Indonesia
Soebandrio bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia pada 20
Januari 1963. Selain itu pencerobohan sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan
militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda
dan melaksanakan penyerangan dan sabotase pada 12 April berikutnya.
Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi
anti-Indonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia[8] dan ingin
melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama
Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato
beliau yang amat bersejarah, berikut ini:
" Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak
oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot
Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau
diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu
untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan
bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!"
Soekarno.
Perang Indonesia VS Malaysia
Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio
mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada
12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai
memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan
penyerangan dan sabotase. Tanggal 3 Mei 1963 di sebuah rapat raksasa yang
digelar di Jakarta, Presiden Sukarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat
(Dwikora) yang isinya:
* Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia
* Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak
dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia
Pada 27 Juli, Sukarno mengumumkan bahwa dia akan
meng-"ganyang Malaysia". Pada 16 Agustus, pasukan dari Rejimen Askar
Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.
Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka memutuskan
hubungan diplomatik dengan Malaysia.
Federasi Malaysia resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei
menolak bergabung dan Singapura keluar di kemudian hari.
Ketegangan berkembang di kedua belah pihak Selat Malaka. Dua hari
kemudian para kerusuhan membakar kedutaan Britania di Jakarta. Beberapa ratus
perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta dan juga rumah diplomat
Singapura. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan
Indonesia di Kuala Lumpur. Di sepanjang perbatasan di Kalimantan, terjadi
peperangan perbatasan; pasukan Indonesia dan pasukan tak resminya mencoba
menduduki Sarawak dan Sabah, dengan tanpa hasil.
Penutup
Keanekaragaman bangsa yang ada di
Indonesia sangatlah banyak lebih dari 300 suku bangsa. Ini harus kita
pertahankan dan kita jaga kelestariannya. Anak cucu kita haruslah mengetahui
betapa indahnya Indonesia karena memiliki beragam suku bangsa. Jangan sampai
nanti kelak anak cucu kita tidak mengetahui apapun tentang keanekaragaman bangsa
ini.
Konflik yang sering terjadi di Negara
ini harus kita redakan. Peranan dan kebijakan pemerintah sangatlah besar untuk
menjaga keutuhan bangsa ini.Referensi : http://execution-me.blogspot.com/2013/04/keanekaragaman-bangsa-indonesia-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar